Senin, 08 Oktober 2012

SNMPTN Tulis Dihapus; Dilema Bagi Sekolah Jujur

Oleh : Fahmi Irhamsyah, S.Pd (Wakasis SMAI NFBS)
Santer sudah terdengar bahwa tahun ajaran ini SNMPTN Tulis akan dihapuskan, sebagai gantinya pemerintah akan meningkatkan prosentase penerimaan SNMPTN Undangan. Mengenai jumlahnya terdapat versi berbeda yang penulis dapatkan dari beberapa media. Pertama, ada media yang menyebut kuota masuk PTN adalah 60% melalui undangan dan 40% Ujian Masuk. Ada pula media yang menyebut 90% melalui undangan dan 10%nya melalui ujian masuk. Mengenai jumlah kuota dari tiap sekolah pun beberapa sumber menyatakan perbedaan. Ada yang menyebut kuota persekolah ditentukan oleh akreditasi, misal suatu sekolah memiliki akreditasi A, maka sekolah tersebut berhak mengirim 50% dari jumlah siswanya. namun, jika sekolah tersebut memiliki akreditasi dibawahnya maka jumlahnya semakin menurun. Menurut media lainnya, jumlah tidak ditentukan oleh akreditasi sekolah, artinya setiap sekolah berhak mengirimkan 100% siswanya untuk berlaga dan “beradu nasib” dalam SNMPTN Undangan. Mengapa bisa terjadi perbedaan informasi? mungkin karena hingga hari ini sekolah belum mendapat berita resmi terkait prosedur pelaksanaan SNMPTN2013. Semoga saja dalam waktu secepatnya informasi dapat diberikan.
Sebagai sebuah ilustrasi jika SNMPTN tulis dihapuskan maka sejatinya universitas akan mengalami kesulitan dalam menyeleksi calon mahasiswa nantinya. Mengapa? pertama, akreditasi. jika Akreditasi digunakan sebagai instrumen yang menentukan kuota sekolah, maka akan muncul problematika sebab sudah menjadi rahasia umum bahwa terkadang akreditasi yang sama belum tentu menggambarkan kualitas sekolah yang juga sama. kedua, pembatasan kuota atas dasar akreditasi bisa saja membatasi potensi siswa cerdas yang bersekolah pada sekolah dengan akreditasi biasa saja dari daerah pelosok di negeri ini. Ini jelas akan memberatkan sebab sebelumnya siswa yang tidak lolos SNMPTN undangan bisa mengikuti SNMPTN tulis dari daerahnya masing-masing, bagaimana dengan nanti? mengikuti ujian masuk? berapa banyak Universitas yang sudah dan akan membuka ujian Masuk (lokal) di daerah? bagaimana dengan biayanya? sudahkah menjangkau daerah kecil? sebab akan sangat kasihan jika misalnya seorang siswa cerdas dari papua harus ke pulau Jawa hanya karena ingin mengikuti ujian lokal.
Nilai UN sebagai salah satu penilaian SNMPTN undangan
Hal yang berbeda dalam SNMPTN tahun 2013 juga adalah penggunaan nilai UN dalam penentuan SNMPTN undangan. Berdasarkan analisis penulis ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum melaksanakan ini. Pertama, waktu pelaksanaan. Umumnya, informasi PMDK atau SNMPTN undangan telah tiba di sekolah pada bulan Desember dan pengumuman penerimaan melalui SNMPTN undangan sudah bisa diketahui pada bulan april, biasanya sebelum UN berlangsung. Jika harus menunggu hasil UN terlebih dahulu maka kemungkinannya baru bisa diumumkan setelah UN. Sudahkah hal ini dipertimbangkan oleh universitas?
Kedua, kualitas penilaian UN. Pengalaman penulis menjadi Tim Independen pengawas UN dan juga panitia SNMPTN Tulis menunjukkan bahwa SNMPTN Tulis lebih kredibel dan bisa dipertanggungjawabkan daripada UN. Mengapa? karena dalam pelaksanaan UN penulis serta beberapa kawan yang merasakan hal serupa seakan mendapatkan tekanan emosional dari sekolah. Penulis yakin tidak semua sekolah melakukan ini, namun sekolah yang penulis pernah bertugas sebagai tim independen disana, sejak awal kedatangan penulis dan pengawas dari elemen guru menyampaikan keluh kesahnya terkait dengan sekolahnya. Lalu kami digiring pada ajakan untuk tidak terlalu mengawasi atau mencurigai siswa agar tidak menyebabkan stres pada siswa saat ujian sambil beliau menyatakan, “bapak-ibu guru kan punya anak didik juga, jelas bisa merasakan sakitnya kalau anak kita ada yang tidak lulus UN”. Kejadian seperti ini sama sekali tidak penulis dapatkan pada saat menjadi panitia SNMPTN, mengapa? sebab bagi sebagian besar sekolah, tidak lulus 100% dalam UN jelas lebih menyakitkan dari pada tidak 100% anaknya diterima di PTN.
Ketiga, kejujuran dalam UN. Syndrom ketakutan tidak lulus 100% dalam UN ternyata direspon berbeda oleh tiap sekolah, sudah menjadi rahasia umum bahwa ada sekolah yang merespon syndrom ini dengan mendrill siswanya melalui penambahan Jam, Muhasabah meminta pertolongan pada Allah dan senantiasa diajarkan untuk jujur apapun hasil yang didapatkan. Namun tidak sedikit pula sekolah yang merespon ini dengan membuat “tim sukses” yang kadang menghalalkan segala cara. Berita tentang kebocoran soal, jual beli soal, sms jawaban ke handphone pengawas, bahkan sogok menyogok pada pengawas mungkin pernah kita dengar menghiasi proses berjalannya UN.
Tahun ini kemungkinan pemerintah akan menjadikan 20 tipe soal pada tiap kelas, artinya semua siswa akan mendapatkan soal yang berbeda. Namun apakah ini sudah diuji efektif dan objektifitasnya? semoga BAB kualitas kejujuan dalam UN ini juga telah dibahas oleh para pemangku kebijakan pendidikan di negeri ini, jangan sampai dihapusnya SNMPTN tulis justru merugikan sekolah yang komitmen dengan kejujuran. Sebab apalah arti nilai yang tinggi, kelulusan 100% dalam UN dan SNMPTN undangan jika tidak didapatkan dengan jalan kejujuran, bukankah kejujuran salah satu pondasi utama pendidikan?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar