Senin, 08 Oktober 2012

Seminar Parenting “Pentingnya Komunikasi Efektif Dalam Mengembangkan Potensi Anak”


Serang (25/09) – Model sekolah berasrama seperti NFBS membutuhkan perhatian lebih dalam hal membangun pola komunikasi yang efektif antara siswa, sekolah, orang tua dan wali asrama. Dalam rangka memenuhi kebutuhan tersebut, hari Ahad, 23 September 2012 diadakan acara seminar parenting yang diikuti oleh orang tua santri kelas 10 dan 11, guru SMAI NFBS serta wali asrama dengan total jumlah peserta mencapai lebih dari 80 orang dan berlangsung di ruangan Mini Theater NFBS. Acara dibuka dengan pembacaan Al-Qur’an dan diikuti dengan sambutan dari kepala sekolah SMAI NFBS, Ust. H.R Win Wirawan, S.Pd.
Memasuki inti acara yaitu seminar dengan pembicara Ibu Cicih Sukaesih, S.Psi. Materi yang dipaparkan adalah seputar teknik komunikasi efektif antara santri, orang tua, sekolah serta wali asrama yang tujuan akhirnya yaitu mampu membuat potensi santri berkembang secara maksimal. Sebuah komunikasi dikatakan efektif apabila kedua belah pihak yang terlibat dapat saling memahami kondisi masing-masing.
Beliau memaparkan contoh-contoh pola komunikasi yang salah dan kerap terjadi antara orang tua dan anaknya, yaitu ketika beberapa orang tua memaksakan kehendak kepada anaknya saat memilih jurusan dan melanjutkan kuliah di Universitas yang sesuai dengan selera orang tua tapi berlawanan dengan keinginan sang anak. Dalam hal ini, orang tua haruslah membuka ruang diskusi dengan sang anak agar tidak terjadi keterpaksaan yang pada akhirnya tidak baik bagi perkembangan sang anak.
Disampaikan juga beberapa contoh kasus kesalahan komunikasi antara orang tua santri dan wali asrama, terkadang santri salah menyampaikan suatu permasalahan kepada orang tuanya, sehingga permasalahan kecil menjadi terlihat lebih besar dari kenyataannya. Dalam hal ini hendaknya terjalin komunikasi yang terjaga secara terus-menerus antara orang tua santri dan wali asrama agar tercipta saling pengertian.
Juga beberapa kesalahan cara pandang yang selama ini sering terjadi diantaranya adalah kesalahan dalam memandang jurusan IPA pasti lebih baik dari IPS. Padahal belum tentu demikian, terkadang potensi seorang anak ada di IPS tapi dia harus “menuruti” keinginan orang tuanya yang memandang IPA lebih bergengsi dari IPS. Bahkan beberapa anak sengaja membuat rendah nilai mata pelajaran IPS nya agar nanti melanjutkan ke jurusan IPA di kelas 11.
Demikian acara menarik ini berakhir beberapa saat menjelang waktu dzuhur tiba.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar